Zoon Politicon, sebutan umum yang menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial politik. Sebagian kita malas berhubungan dengan orang yang suka berpolitik. Bahkan ada seruan ‘bijak’ untuk berhati-hati agar tidak berteman dengan mereka, karena berbahaya; namun juga tidak musuhi mereka, karena akan lebih berbahaya lagi. Masuk dunia politik berarti mendifinisikan siapa kawan dan siapa lawan. Apakah demikian citra politik sehingga dianggap jahat, gemar berkelahi dan menghalalkan segala cara?
Politik sebenarnya satu sisi kehidupan yang tak bisa dilepaskan dari kita. Substansinya adalah kepedulian memikirkan nasib sesama guna mencapai tujuan bersama. Selanjutnya terbentuk elit pimpinan dan yang dipimpin. Bila mampu memperjuangkan kehendak bersama maka akan memperoleh dukungan dari pengikutnya. Namun meraihnya tidaklah mudah. Dibutuhkan kegigihan, kecerdikan dan kecakapan untuk memobilisasi kekuatan, kemampuan mengelola konflik dan strategi memenangkan pertandingan. Jadi politik erat kaitannya dengan perebutan pengaruh dan kekuasaan.
Medan politik meliputi semuanya termasuk ekonomi bisnis, penegakan hukum, sosial budaya, idiologi juga agama. Pelakunya bisa dari pertemanan, keluarga, masyarakat, negara sampai hubungan antar negara. Caranya pun beragam dari yang tebar pesona, berlagak pahlawan, sebar opini, penampilan menyeramkan sampai aksi kekerasan ‘Loe jual gue beli’. Namun seringkali kemenangan bermakna kejayaan dan kekalahan berarti kehancuran. Itulah yang membuat wajah politik menjadi buram, zero sum game, kill or to be killed, apapun diraihnya untuk memperoleh kemenangan.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW dalam berpolitik, inilah pertanyaan besar kita. Ketika muda beliau diberi gelar al-amin atau yang dipercaya; kemampuannya mencari titik temu terbaik menyatukan suku-suku arab yang bertikai. Setelah ada risalah dakwah beliau diolok-olok penduduk Thaif namun tidak membalasnya; tetangga melempari kotoran saat ke masjid pun tak digubris sampai tau kalau sakit dan Nabi menjenguknya. Dan cerita orang buta yang selalu menghina; setelah Nabi wafat dia baru sadar bahwa yang dibenci selama ini adalah yang selalu menyapinya. Beliau pernah ditawari kekuasaan politik dan kekayaan, tapi ditolaknya. Di sisi lain Nabi mengalami 32 kali peperangan dan 27 kali terlibat langsung, baik perang besar maupun kecil. Banyak sejarahwan mengatakan bahwa era itu adalah perkembangan peradaban tercepat dalam sejarah (the fastest developing civilization). Dalam tempo kurang dari 30 tahun hampir seantero jazirah arab memeluk Islam.
Apa yang diperbuat Muhammad SAW bukanlah mencari kekuasaan untuk kekuasaan, mengalahkan untuk meghancurkan. Beliau tak tertarik godaan dunia, pembelaan kelompok apalagi menaikan popularitas dan mendatangkan rizki. Kehadirannya seperti juga nabi – nabi sebelumnya yaitu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan (syahidan, mubasyiron, wa nadziiron; Al Fath 48:8). Allah menurunkan utusanNya sebagai rahmat bagi semesta alam; “wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘aalamin”. (Al-Anbiyaa’ 21:107). Itulah grand design dari Allah SWT yang rohman rohim yang dibangun melalui syahadat, syariat dan akhlak manusia. Wilayah ini yang menjadi core Nabi dalam perjuangan dakwahnya.
Syahadat membuka kesadaran hakiki bahwa Allah yang menciptakan kehidupan, rohman rohim, maha mendengar dan melihat serta berkuasa atas segala sesuatu. Syahadat bukan sekedar pengetahuan apalagi paksaan; tapi gerakan impresif pencarian, pembuktian dan kesaksian jiwa. Dengan merasakan kehadiran Allah, mengakui kebesaranNya dan kita hadir sebagai hamba menjadi sumber dari segala kebaikan, kesadaran, ketenangan dan kekuatan. Keberhasilan Nabi berdakwah tentu tak lepas dari kesempurnaan keyakinannya (syahidan). Ibarat pepatah ma khoroja minal qolb washola ilal qolb (sesuatu yang keluar dari hati akan sampai ke hati).