Oleh : ustadz dr. Fuad Amsyari PHd

Akhir-akhir ini muncul lagi pujian-pujian pada negara-negara
di dunia yang disebut sebagai negara ideal, atau bahkan disebut sebagai negara paling Islami di dunia, no 1, 2 dan seterusnya. Lalu mencoba coba membuat analisis sumber kesuksesan, ternyata hanya satu variabel, yaitu kejujuran, suatu variabel perilaku yang masih abstrak, multitafsir.

Analisis tatanan sosial yang plural itu tidak mudah karena variabelnya pasti sangat banyak yang berinteraksi amat rumit. Belum lagi indikator yang dipakai untuk mengukur keunggulan tatanan sosial yang plural tersebut. Benarkah Denmark itu terideal sebagai negara? Mana yang lebih ideal dibanding New Zealand? Atau kita jadi mimpi-mimpi bisa menjadi Jepang yang dekade lalu dipuji puji setinggi langit ? Kini banyak pula intelektual muslim menyanjung setinggi langit Cina, mau meniru atau malah siap menjadi bagian dari tatanan sosialnya?

Keprihatinan saya jadi kian besar tatkala pemuja-pemuja tersebut adalah muslim, tokoh cendekiawan muslim, ulama jagoan ilmu Islam pula. Bahkan berani bilang negara yang paling Islami itu no 1 New Zealand (sebelum ada penembakan muslim saat shalat jumat yg membunuh dengan sadis puluhan muslim yang sedang beribadah). Analisis tentang idealnya sebuah tatanan sosial yang plural (negara) dari kacamata agama Islam seperti kasus-kasus di atas sungguh menunjukkan kenaifan orang Islam itu sendiri akan pemahaman ke Islaman, bahkan tingkat keimanannya dalam Islam. Orang Islam pemuji & pemuja Tatanan Sosial Plural kafiirin / non-Islami sebagai sesuatu yang ideal dalam kehidupan di dunia fana ini sungguh suatu pelanggaran berat yang akan mendapat adhab Allah SWT dunia – akherat.

Jangan sekali-kali lupa Allah SWT menurunkan Islam bukan hanya untuk kesuksesan hidup personal manusia saja namun juga untuk kesuksesan TATANAN SOSIAL PLURAL MANUSIA asalkan Tuntunan Islam diterapkan dalam Pengelolaan suatu tatanan sosial yang plural itu. Islam itu diturunkan juga untuk menjadikan suatu tatanan sosial yang plural sukses penuh keadilan, kemakmuran, kesejahteran, beradab membawa kemuliaan kualitas umat manusia. Sukses misi Islam untuk tatanan sosial plural (berbangsa-bernegara) tersebut juga sudah dicontohkan dengan terang-benderang oleh Nabi, yang intinya suatu negara sukses itu harus dipimpin secara formal oleh MUKMIN CERDAS BERILMU, yang sesudah menjadi Pemimpin Formal lalu menerapkan kebijakan sesuai Syariat terkait poleksosbudkumhankam, seperti: membangun sistem birokrasi yang amanah – profesional, kebijakan ekonomi tanpa riba- eksploitasi & bisnis maksiyat, hukum hudud-qisas-ta’zir penuh keadilan dalam penerapannya, membangun budaya berkeadaban menjunjung tinggi harkat manusia yang berkualitas jauh dari sifat kebinatangan seperti free sex, pornografi, pendidikan yang membawa nilai keimanan & keilmuan, menjaga kedaulatan dari tekanan asing dalam bentuk fisik maupun non-fisik, dan lain-lain.

Mari kembali menjadi muslim yang benar, berkualitas, utuh, bermisi penyelamat umat manusia sebagai personal & tatanan sosial plural seperti negeri ini.

Perjuangan Islam seharusnya ke arah ini, tidak malah memuja tatanan sosial plural orang lain.

Wassalamu’alaykum. Fuad Amsyari