RISIKO BESAR BAGI UMMAT ISLAM INDONESIA JIKA PILIH JOKOWI-MA’RUF
Menuju Pilpres 2019

Sebuah analisis hypotesis untuk ummat Islam

Rakyat Indonesia yang konon 85 % Muslim akan memilih Presiden dan Wapres untuk menjabat 5 tahun mendatang. Jika salah pilih maka selama 5 tahun Muslim Indonesia akan mengalami penurunan dukungan politik dari pemerintah dalam segala aspek kehidupan. Jika Jokowi sebagai Pemenang pilpres 2019 dan koalisinya (mayoritas dikendalikan partai anti Islam) sudah pasti akan mempersiapkan kemenangan besar di pilpres tahun 2024. Ummat Islam akan lebih berat berjuang merebut kekuasaan ditahun 2024 jika 2019 kalah.

Inilah beberapa Risiko Politis jika ummat Islam bersih kukuh dan fanatik pilih Jokowi-Ma’ruf dengan alasan Kiyai Ma’ruf adalah Ulama, kader NU dlsb nya tanpa memperhitungkan faktor2 politis konstitusional lainnya. Risiko2 Politis tsb antara lain adalah ;

1). Ummat Islam yang pilih Jokowi-Ma’ruf secara tidak langsung sama saja dengan memilih dan membesarkan partai koalisi pengusungnya (baca : partai2 mayoritas anti Islam). Artinya jika Jokowi menang maka Indonesia akan dipimpin oleh koalisi partai merah sebagai deligent politik dlm mengelola produk politik berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Ingat.. Presiden dan wakilnya selama ini kebijakannya lebih banyak di intervensi dan diwarnai partai koalisi pendukungnya.

2). Dilihat dari aspek umur KH Ma’ruf sudah sangat uzur. Sangat mungkin beliau akan mundur sebelum selesai masa jabatannya (mungkin enam bulan atau satu tahun saja) atau dipaksa mundur secara politis atau koalisi sistemic oleh partai koalisi Jokowi untuk digantikan wapres lain. Secara konstitusional penggantian wapres tidak sulit dan sangat mudah. Kemungkinan besar penggantinya pasti dari partai merah yang mboknya tidak percaya hari Kiamat. (Na’uzubillah min dzalik ??). Bisa saja penggantinya dari Non Islam (Kafir) yg akan dikader utk jadi presiden tahun 2024 (Misal ; Ahok, Hari Tanu dll)

3). Ingat pilpres 2019 utamanya adalah pilih Presiden dan pilih Partai Koalisinya, bukan urama pilih wakil presiden. Karena sesungguhnya wakil presiden selama ini tidak punya peran apa2. Hanya sebagai ban serep dan tidak punya kebijakan politis yang berarti. Kita mestinya tidak boleh tertipu dengan cawapres yg Ulama, NU dan lain2, sebaiknya harus berfikir lebih futuristic.

4). Jokowi dan partai koalisinya sudah kita ketahui bersama bahwa dia didukung taipan2 super konglomerat yang punya finansial besar dan segala perangkat canggih serta infrastruktur politis yg memadai dalam memenangkan pilpres 2019. Dengan segala cara dan mungkin dengan segala kecurangan (baca : kemunafikan) ashabul Jokowi mati2an memenangkan Jokowi di Pilpres 2019. Investasi yg mereka bangun akan ditagih dg model penjajahan ekonomi sebagai imbalan dan pembayaran atas modal politik yg dipakai memenangkan Jokowi. Artinya Jokowi harus mengembalikan biaya politiknya kepada investor Taipan2 dg menyerahkan asset dan sumberdaya alam atau apa saja yang dimiliki Indonesia. Dus… penjajahan Aseng di Indonesia berjalan mulus tanpa perang. (Na’uzu billahi min dzalik..).

5). Diatas kertas kemenangan Jokowi sudah didesain sedemikian rupa dan sedemikian CURANG. Diantara kecurangan yg sudah dipersiapkan matang dan masip antara lain : adanya DPT siluman sekitar 17 juta, Kampanye Paslon 02 yg dihambat, Uang APBN yg dipakai foya2 untuk kampanye, KTP ganda org2 Aseng untuk bisa nyoblos di Indonesia, Hecker perusak Server komputer milik KPU dan pengatur suara pemilih sdh didatangkan dari konsultan Amerika. Tapi ingat saudaraku… strategi politik Allah SWT itu lebih indah dan lebih dahsyat daripada strategi politis para Kafirun dan Munfikun.

6). Lalu apa yg harus kita lakukan sebagai Muslim Indonesia utk mengamankan RISIKO2 tersebut ?? Tulisan sederhana ini adalah bagian dari strategi untuk menyadarkan teman2 Muslim terutama sebagain warga Nahdhiyyin yang masih belum banyak faham politik Islam (tolong dishare utk saudara kita sesama Muslim). Berpolitik adalah bagian dari dakwah dan amal ma’ruf nahi munkar secara sistemik melalui perebutan kekuasaan. Memilih pemimpin dan partai2 pendukungnya adalah bagian dari strategi berdakwah. Pemimpin dan partai yang kita pilih harus yang penuh affirmative thd kita, terhadap ummat Islam dan terhadap Islam agama Allah..

Wallahu a’lmamu bisshowwab..

Insya Allah bersambung…

Alfaqir ; Dr. Miftahul Huda
Medio Maret 2019.